Legenda Tanah Papua; KURABESI Ksatria Tangguh




Dahulu kala ketika bumi terbentuk, banyak binatang yang hidup di sana, ada sejenis burung raksasa namanya burung Garuda.

Suatu ketika di sebuah pulau hiduplah kerajaan nelayan dan raja mereka namanya Mambri. Raja Mambri memerintahkan kerajaanya selama berpuluh-puluh tahun lamanya.

Di kerajaan nelayan ada seekor ular raksasa yang selalu datang memangsa masyarakat di kerajaan itu. Ular tersebut sangat besar sehingga di sebut Naga. Terlihat di sana ada rumah-rumah para nelayan dan di sepanjang pantai.

Kerajaan nelayan penuh dengan pohon kelapa. Satu persatu masyarakat di mangsa oleh naga itu, pasukan raja tidak mampu membunuh ular raksasa tersebut.

Hari demi hari masyarakat di mangsa oleh ular raksasa itu, keadaan di kerajaan nelayan sangat memanas, raja Mambri selalu meminta kepada dewa mereka, ''dewa Mandar Maker'' untuk mengampuni mereka karena kejadian itu mungkin karena Mandar Maker sedang marah. Walaupun di lakukan pemujaan, namun naga tersebut tetap saja menyerang warga.

Raja Mambri meminta para nujum tokoh-tokoh terhormat pemegang majik dari Mandar Maker untuk bersama-sama dengan pasukan kerajaan mengatur strategi yang baik bagaimana caranya membunuh naga tersebut. Semua warga masyarakat di kerahkan bersama prajurit kerajaan untuk membunuh naga itu, namun tetap saja kalah, sehingga membuat warga masyarakat merasa ketakutan.

Sedikit demi sedikit para warga masyarakat pergi meninggalkan pulau tersebut, mereka pergi ke Waigama, sebuah tempat di wilayah barat kepala burung Papua Barat. Suatu ketika seorang kerabat Mambri yang saleh di mangsa oleh ular raksasa itu, dia telah hilang meninggalkan istrinya yang sedang hamil, sehingga membuat warga semakin ketakutan dan mereka ingin pergi meninggalkan pulau itu. 

Istri kerabat raja Mambri melahirkan seorang bayi laki-laki dan sesuai dengan adat kerajan nelayan, setiap anak laki laki beranjak usia tertentu harus di bawah manghadap dewa ''Mandar Maker'' untuk meminta kekuatan, berkat dan umur yang panjang. Anak itu di berinama KURABESI.

Pemberian nama tersebut dimaksudkan untuk menyerang kepergian (Ayahnya) yang di mangsa ular dan juga untuk menyerang orang orang yang berpindah dari pulau itu ke arah barat. 

KURABESI semakin dewasa, suatu ketika KURABESI bermain-main sambil bertanya kepada Mamanya, "Mama dimana bapa saya"? Mamanya menangis sambil menatap KURABESI lalu menjawab, ''KURABESI, kamu sudah dewasa sekarang dan sudah saatnya kamu mengetahui keberadaan Bapa kamu, beberapa tahun yang lalu, ketika Mama sedang mengandung kamu, Bapamu di mangsa oleh ular raksasa yang sekarang menakutkan itu, Bapamu tidak di temukan jasatnya, Sebelumnya bukan bapamu saja tetapi sudah puluhan orang dan hingga saat ini sudah mencapai ratusan orang yang di mangsa".

KURABES berkata lagi, "trus, mama! kenapa orang tidak bisa membunuh ular itu"? Mamanya menjawab, ''KURABESI, orang sudah coba bunuh tetapi tidak bisa, karena ularnya besar sekali". KURABESI bertanya lagi kepada Mamanya, ''bah lalu raja Mambri kenapa tidak memerintahkan semua pasukan untuk melawan ular itu"?, Mamanya menjawab, "raja sudah melakukannya, bahkan berbagai macam cara tetapi Tetap tidak bisa, sehingga banyak orang yang memilih berpindah ke bagian utara dari pada tinggal nanti di mangsa oleh naga".

Waktu semakin sore, seperti biasanya ketika menjelang malam semua orang segera masuk ke rumahnya karena ular raksasa sedang keluar dari sebuah goa untuk mencari mangsa, KURABESI juga segera pulang ke rumahnya karena takut denga ular raksasa itu. Keesokan harinya KURABESI dan beberapa temannya pergi ke laut untuk mencari ikan, KURABESI tidak bersemangat karena di pikirannya masih mengingat tentang Bapanya yang di mangsa ular besar tersebut.

KURABESI pulang ke rumah dan mengatakan kepada mamanya, "'ma, suatu saat nanti, saya harus bunuh ular itu karena dia telah mangsa bapa", Mamanya menjawab, ''KURABESI kamu tidak mungkin bisa, karena ular itu sangat besar". Mendengar ucapan Mamanya, KURABESI panik dan terdiam sejenak, tiba-tiba weeeeelttt,... apa itu? KURABESI dan mamanya terkejut melihat ada seekor burung Garuda raksasa yang mendarat di hadapan mereka dan berkata, "KURABESI kamu dan Mama bisa naik di pungung saya dan saya akan mengajarkan kamu cara membunuh ular raksasa itu.

Akhirnya burung Garuda mengajari KURABESI teknik berperang dan teknik membunuh ular raksasa itu. Setelah selesai latihan, burung Garuda memerintahkan KURABESI bahwa; KURABESI, untuk membunuh ular raksasa itu, anda harus membuat sebuah bambu tingkat tujuh, semua ujung bambu harus di runcing kasih tajam di atas para-para untuk mengumpan ular itu.

Pertama kamu harus berdiri di tingkat pertama...........ketika ular bongkar para-para tingkat pertama, kamu tikam kepalanya hingga ular itu pusing, selanjutnya kamu naik ke tingkat kedua, ketika ular sadar dan merusaki tingkat kedua, kamu tikam lagi kepalanya, dan naik ke tingkat berikutnya hingga terakhir di tingkat tujuh, kamu tikam dia dan saya akan jemput kamu supaya semua bambu di tingkat tujuh yang tajam dengan air akan jatuh tikam ular itu dan air akan masuk ke dalam mulutnya, dia pasti mati karena di tingkat tujuh berat badanya membuat para-para rubuh.

KURABESI segera melaksanakan apa yang di ajari oleh burung Garuda hingga para-para bambu itu berhasil dibuatnya selesai. Hari mulai menjelang sore, KURABESI mulai bergegas naik keatasnya sesuai petunjuk dari burung Garuda. Malam telah tiba dan mulai terlihat bulan purnama begitu terang, menerangi pantai pasir putih menambah terang benderannya.

Beberapa menit kemudian terdengar.............. ........ ular sedang datang, KURABESI sedikit takut tetapi berusaha memberanikan dirinya. Tidak lama kemudian terlihat secara jelas ular telah berada di bawah para-para. KURABESI bersiap-siap dengan tombaknya yang terbuat dari bambu, dia berada di dalam para-para tingkat pertama, ketika ular mencium bau KURABESI yang berada di dalam kurungan para-para itu, ular berusaha mendapatinya namun tidak bisa sehingga ular menggoyangkan kepalanya menabrak dinding yang terbuat dari bambu itu, ketika dindingnya terbongkar kepalanya masuk ke dalam, KURABESI dengan segera menikamnya tepat di kepala sehingga ular pun merasa pusing dan terjatuh ke tanah. 

KURABESI segera naik ke tingkat kedua, beberapa menit kemudian ular bangun lagi dan membongka para-para tingkat kedua yang KURABESI berada, setelah kepalanya masuk ke dalam, KURABESI menikamnya lagi dan ular terjatuh ke tanah.

KURABESI naik lagi ke tingkat tiga dan bersiap dengan tombaknya, beberapa menit kemudian naga itu sadar dan mengamuk membonggkar para-para tingkat tiga, karena KURABESI berada di sana, setelah kepalanya masuk kedalam, KURABESI segera menikamnya di kepala lagi sehingga ular merasa pusing dan terjatuh ke tanah, begitu pun KURABESI melakukan hal yang sama di tingkat empat hingga tingkat ke tujuh ............... terakhir ketika ular membongkar tingkat tujuh KURABESI menikamnya lalu KURABESI melompat ke punggung burung Garuda itu sambil terbang memperhatikannya, teryata yang dikatakan oleh burung itu benar, KURABESI berhasil membunuh ular tersebut.

Hari telah pagi, dan KURABESI di antar oleh burung Garuda pulang ke rumahnya dan KURABESI melaporkan kejadian itu kepada Mamanya. Mamanya bergegas menyampaikan hal itu kepada raja Mambri dan raja segera mengumumankanya kepada warga masyarakat yang hanya tinggal beberapa orang dan mereka segera melihatnya. 

Waow....waow .... siapa yang membunuhnya? tanya warga, dan raja Mambri yang sudah tua denga perlahan berkata, ''kita berterimakasih kepada KURABESI, karena dia adalah orang yang telah membunuh naga tersebut". Akhirnya semua orang menggucapkan terimakasih kepada KURABESI.   

Setelah beberapa bulan Kemudian raja Mambri wafat dan tongkat estafet di berikan kepada KURABESI, dengan pangkat sebagai seorang Mambri. KURABESI segera membuat pasukan yang kebanyakan semua pelaut, yang tangguh, jago selam, jago renang dan jago perang.

Suatu ketika pada abad ke-15, kesultanan Tidore di serang musuh habis-habisan, hingga sultan Tidore mengundang KURABESI untuk menghabisi bangsa spanyol. KURABESI menerima undangan tersebut dan KURABESI segera mempersiapkan pasukannya, setelah semua pasukan siap, KURABESI naik di atas punggung burung Garuda dan terbang ke medan perang yang di sampaikan oleh sultan tidore untuk mengintai kekuatan bangsa Portugis.    

Ketika selesai mengintai, KURABESI dan garudanya kembali ke markas. KURABESI menyiapkan startegi serta teknik menyerang dan menyampaikan kepada pasukannya, setelah selesai, Mambri KURABESI bertanya, "apakah semuanya sudah jelas"? jawab pasukan ''jelas mambri KURABESI'', baik kita berangkat kata KURABESI. Semua pasukan segera menuju perahu masing-masing dan KURABESI naik di atas punggung burung Garuda untuk berangkat.

Waktu menjelang subuh, pasukan KURABESI segera memasuki wilayah musuh, semua pasukan berlabuh dengan perahu menunggu aba-aba dari Mambri KURABESI. Setelah sudah siap semuanya, KURABESI yang tetap berada diatas punggung Garuda itu teriak, "ayo serang........ pasukan KURABESI menyerang pasukan Portugis dengan cepat sehingga pasukan Portugis takluk dan kalah. 

Raja tidore melihat keberhasilan Mambri KURABESI itu, sebagai imbalanya Sultan Sidore memberikan seorang putrinya untuk menikah dengan Mambri KURABESI, namanya BOLA TABAI, selain putri sultan, juga di serahkan tanah kepada mambri KURABESI yang kini tetap berada di Ternate.    

Beberapa tahun kemudian pada abad ke-18, pasukan Inggris menyerang sultan tidore, tepat di selat Inggris yang di kenal sekarang ini di Ternate. Pasukan KURABESI berhasil mengalahkan pasukan Inggris, sehingga teluk itu disebut selat Sultan Tidore.

Mlihat betapa besar jasa yang diberikan oleh Mambri KURABESI, sehingga Sultan memberikan pangkat kepada KURABESI sebagai Raja Ampat yang bekedudukan di Waigama, yang kini di sebut sebagai Raja Ampat, karena raja pertama Majapahit, raja Mataram, raja Tidore sebagai raja ketiga dan Raja Mambri KURABESI sebagai raja ampat.

Burung Garuda yang digunakan oleh Mambri KURABESI, akhirnya di jadikan sebagai legenda yang di hormati oleh KURABESI sebagai nenek moyang dan penolong bagi turun-temurun. Selain itu, keperkasaan dan kekuatan serta keberanian burung Garuda, di jadikan sebagai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penulis : Hamah Sagrim
Editor : Octovianus Duwith

*Tulisan ini pertama kali diterbitkan oleh Alm. Hamah Sagrim seorang Peneliti dan Pemerhati budaya dari Kab. Maybrat Papua Barat, dalam situs Blogger http://hamahsagrim.blogspot.com/?m=1 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama